Pagelaran Wayang Babad merupakan terobosan unik seorang dalang wayang kulit ternama asal Desa Cangkring, Kabupaten Cirebon, Askadi Sastrasuganda yang dijuluki Mamae Titin. Wayang Babad akana menuturkan pada Anda kisah pemisahan Kerajaan Cirebon dari Kerajaan Pajajaran yang ditandai dengan penancapan payung agung di Pakungwati (Kasepuhan), dengan kata lain merupakan kisah penegasan berdirinya Kerajaan Islam Cirebon.
Wayang Babad ini dimaksud Askadi sebagai seni adiluhung untuk mengembalikan wayang sebagai media dakwah seperti dilakukan para wali pada masanya. Untuk mengembalikan posisi wayang sebagai sarana dakwah kepada masyarakat, nayaga mengenakan kostum ala santri, dan sinden mengenakan jilbab. Pertunjukkannya pun disisipi syair-syair islami seperti salawat dan do'a.
Waditra yang digunakan adalah gamelan salendro dan pelog, genjring santri/rebanan, solawatan, serta lagu-lagu kemandu lakon.
Lokasi: Desa Cangkring Kabupaten Cirebon
Wayang Babad ini dimaksud Askadi sebagai seni adiluhung untuk mengembalikan wayang sebagai media dakwah seperti dilakukan para wali pada masanya. Untuk mengembalikan posisi wayang sebagai sarana dakwah kepada masyarakat, nayaga mengenakan kostum ala santri, dan sinden mengenakan jilbab. Pertunjukkannya pun disisipi syair-syair islami seperti salawat dan do'a.
Waditra yang digunakan adalah gamelan salendro dan pelog, genjring santri/rebanan, solawatan, serta lagu-lagu kemandu lakon.
Lokasi: Desa Cangkring Kabupaten Cirebon
Pagelaran
Wayang Babad merupakan terobosan unik seorang dalang wayang kulit
ternama asal Desa Cangkring, Kabupaten Cirebon, Askadi Sastrasuganda
yang dijuluki Mamae Titin. Wayang Babad akana menuturkan pada Anda kisah
pemisahan Kerajaan Cirebon dari Kerajaan Pajajaran yang ditandai dengan
penancapan payung agung di Pakungwati (Kasepuhan), dengan kata lain
merupakan kisah penegasan berdirinya Kerajaan Islam Cirebon.
Wayang Babad ini dimaksud Askadi sebagai seni adiluhung untuk
mengembalikan wayang sebagai media dakwah seperti dilakukan para wali
pada masanya. Untuk mengembalikan posisi wayang sebagai sarana dakwah
kepada masyarakat, nayaga mengenakan kostum ala santri, dan sinden
mengenakan jilbab. Pertunjukkannya pun disisipi syair-syair islami
seperti salawat dan do'a.
Waditra yang digunakan adalah gamelan salendro dan pelog, genjring santri/rebanan, solawatan, serta lagu-lagu kemandu lakon.
Lokasi: Desa Cangkring Kabupaten Cirebon
- See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=305&lang=id#sthash.I6Mi9vuZ.dpuf
Pagelaran
Wayang Babad merupakan terobosan unik seorang dalang wayang kulit
ternama asal Desa Cangkring, Kabupaten Cirebon, Askadi Sastrasuganda
yang dijuluki Mamae Titin. Wayang Babad akana menuturkan pada Anda kisah
pemisahan Kerajaan Cirebon dari Kerajaan Pajajaran yang ditandai dengan
penancapan payung agung di Pakungwati (Kasepuhan), dengan kata lain
merupakan kisah penegasan berdirinya Kerajaan Islam Cirebon.
Wayang Babad ini dimaksud Askadi sebagai seni adiluhung untuk
mengembalikan wayang sebagai media dakwah seperti dilakukan para wali
pada masanya. Untuk mengembalikan posisi wayang sebagai sarana dakwah
kepada masyarakat, nayaga mengenakan kostum ala santri, dan sinden
mengenakan jilbab. Pertunjukkannya pun disisipi syair-syair islami
seperti salawat dan do'a.
Waditra yang digunakan adalah gamelan salendro dan pelog, genjring santri/rebanan, solawatan, serta lagu-lagu kemandu lakon.
Lokasi: Desa Cangkring Kabupaten Cirebon
- See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=305&lang=id#sthash.I6Mi9vuZ.dpuf
Pagelaran
Wayang Babad merupakan terobosan unik seorang dalang wayang kulit
ternama asal Desa Cangkring, Kabupaten Cirebon, Askadi Sastrasuganda
yang dijuluki Mamae Titin. Wayang Babad akana menuturkan pada Anda kisah
pemisahan Kerajaan Cirebon dari Kerajaan Pajajaran yang ditandai dengan
penancapan payung agung di Pakungwati (Kasepuhan), dengan kata lain
merupakan kisah penegasan berdirinya Kerajaan Islam Cirebon.
Wayang Babad ini dimaksud Askadi sebagai seni adiluhung untuk
mengembalikan wayang sebagai media dakwah seperti dilakukan para wali
pada masanya. Untuk mengembalikan posisi wayang sebagai sarana dakwah
kepada masyarakat, nayaga mengenakan kostum ala santri, dan sinden
mengenakan jilbab. Pertunjukkannya pun disisipi syair-syair islami
seperti salawat dan do'a.
Waditra yang digunakan adalah gamelan salendro dan pelog, genjring santri/rebanan, solawatan, serta lagu-lagu kemandu lakon.
Lokasi: Desa Cangkring Kabupaten Cirebon
- See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=305&lang=id#sthash.I6Mi9vuZ.dpuf
Pagelaran
Wayang Babad merupakan terobosan unik seorang dalang wayang kulit
ternama asal Desa Cangkring, Kabupaten Cirebon, Askadi Sastrasuganda
yang dijuluki Mamae Titin. Wayang Babad akana menuturkan pada Anda kisah
pemisahan Kerajaan Cirebon dari Kerajaan Pajajaran yang ditandai dengan
penancapan payung agung di Pakungwati (Kasepuhan), dengan kata lain
merupakan kisah penegasan berdirinya Kerajaan Islam Cirebon.
Wayang Babad ini dimaksud Askadi sebagai seni adiluhung untuk
mengembalikan wayang sebagai media dakwah seperti dilakukan para wali
pada masanya. Untuk mengembalikan posisi wayang sebagai sarana dakwah
kepada masyarakat, nayaga mengenakan kostum ala santri, dan sinden
mengenakan jilbab. Pertunjukkannya pun disisipi syair-syair islami
seperti salawat dan do'a.
Waditra yang digunakan adalah gamelan salendro dan pelog, genjring santri/rebanan, solawatan, serta lagu-lagu kemandu lakon.
Lokasi: Desa Cangkring Kabupaten Cirebon
- See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=305&lang=id#sthash.I6Mi9vuZ.dpuf
Pagelaran
Wayang Babad merupakan terobosan unik seorang dalang wayang kulit
ternama asal Desa Cangkring, Kabupaten Cirebon, Askadi Sastrasuganda
yang dijuluki Mamae Titin. Wayang Babad akana menuturkan pada Anda kisah
pemisahan Kerajaan Cirebon dari Kerajaan Pajajaran yang ditandai dengan
penancapan payung agung di Pakungwati (Kasepuhan), dengan kata lain
merupakan kisah penegasan berdirinya Kerajaan Islam Cirebon.
Wayang Babad ini dimaksud Askadi sebagai seni adiluhung untuk
mengembalikan wayang sebagai media dakwah seperti dilakukan para wali
pada masanya. Untuk mengembalikan posisi wayang sebagai sarana dakwah
kepada masyarakat, nayaga mengenakan kostum ala santri, dan sinden
mengenakan jilbab. Pertunjukkannya pun disisipi syair-syair islami
seperti salawat dan do'a.
Waditra yang digunakan adalah gamelan salendro dan pelog, genjring santri/rebanan, solawatan, serta lagu-lagu kemandu lakon.
Lokasi: Desa Cangkring Kabupaten Cirebon
- See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=305&lang=id#sthash.I6Mi9vuZ.dpuf
Pagelaran
Wayang Babad merupakan terobosan unik seorang dalang wayang kulit
ternama asal Desa Cangkring, Kabupaten Cirebon, Askadi Sastrasuganda
yang dijuluki Mamae Titin. Wayang Babad akana menuturkan pada Anda kisah
pemisahan Kerajaan Cirebon dari Kerajaan Pajajaran yang ditandai dengan
penancapan payung agung di Pakungwati (Kasepuhan), dengan kata lain
merupakan kisah penegasan berdirinya Kerajaan Islam Cirebon.
Wayang Babad ini dimaksud Askadi sebagai seni adiluhung untuk
mengembalikan wayang sebagai media dakwah seperti dilakukan para wali
pada masanya. Untuk mengembalikan posisi wayang sebagai sarana dakwah
kepada masyarakat, nayaga mengenakan kostum ala santri, dan sinden
mengenakan jilbab. Pertunjukkannya pun disisipi syair-syair islami
seperti salawat dan do'a.
Waditra yang digunakan adalah gamelan salendro dan pelog, genjring santri/rebanan, solawatan, serta lagu-lagu kemandu lakon.
Lokasi: Desa Cangkring Kabupaten Cirebon
- See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=305&lang=id#sthash.I6Mi9vuZ.dpuf
Pagelaran
Wayang Babad merupakan terobosan unik seorang dalang wayang kulit
ternama asal Desa Cangkring, Kabupaten Cirebon, Askadi Sastrasuganda
yang dijuluki Mamae Titin. Wayang Babad akana menuturkan pada Anda kisah
pemisahan Kerajaan Cirebon dari Kerajaan Pajajaran yang ditandai dengan
penancapan payung agung di Pakungwati (Kasepuhan), dengan kata lain
merupakan kisah penegasan berdirinya Kerajaan Islam Cirebon.
Wayang Babad ini dimaksud Askadi sebagai seni adiluhung untuk
mengembalikan wayang sebagai media dakwah seperti dilakukan para wali
pada masanya. Untuk mengembalikan posisi wayang sebagai sarana dakwah
kepada masyarakat, nayaga mengenakan kostum ala santri, dan sinden
mengenakan jilbab. Pertunjukkannya pun disisipi syair-syair islami
seperti salawat dan do'a.
Waditra yang digunakan adalah gamelan salendro dan pelog, genjring santri/rebanan, solawatan, serta lagu-lagu kemandu lakon.
- See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=305&lang=id#sthash.I6Mi9vuZ.dpuf
0 komentar:
Post a Comment